Samir
Musa Ahad, 3 Rajab 1434 H / 12 Mei 2013 21:45
JAKARTA (Arrahmah.com)
- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof Dr KH
Said Aqil Siradj MA mengungkapkan bahwa cikal bakal pemahaman radikalisme dan
terorisme sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabat. Ia pun menceritakan sosok Dzulkhuwaisir yang begitu sombong
menyuruh Rasulullah berbuat adil.
“Nanti dari umatku akan muncul seperti orang ini, hafal Qur’an, dalilnya
Qur’an tapi tidak melewati tenggorokannya, artinya tidak paham secara
substansif. Mereka itu sejelek-jelek manusia bahkan lebih jelek daripada
binatang. Saya tidak termasuk mereka, mereka tidak termasuk kami,” kata Said
Aqil Siradj saat menjadi narasumber Dialog Ormas-ormas Islam Dalam
Mempertahankan NKRI, di Sahid Hotel, Jakarta Pusat, pada Sabtu (11/5/2013).
Prediksi Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pun terjadi,
orang-orang yang berpaham Khawarij membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib.
“Prediksi Rasulullah ini terbukti tahun 40 H, Sayyidina Ali keluar dari
rumahnya mengimami shalat Shubuh dibunuh, bukan oleh orang Kristen, bukan oleh
orang Katholik, bukan orang Hindu, bukan orang non muslim. Yang membunuh
Abdurrahman bin Muljam;
Qaimul Lail, Shaimun Nahar, Hafizhul Qur’an.
Yang membunuh Sayyidina Ali ini tiap hari puasa, tiap malam tahajjud, dan hafal
Qur’an,” paparnya.
Alasan pembunuhan Ali bin Abi Thalib kata Said Aqil karena Khawarij
menuduhnya telah menggunakan hukum manusia hasil musyawarah Daumatul Jandal
atas perselisihan antara pihak Ali dan Muawiyah.
“Wal hasil, inilah cikal bakal radikalisme, terorisme dalam Islam. Korbannya
bukan siapa-siapa, korbannya adalah
awwalu man aslama minal sibyan,
remaja pertama yang memeluk Islam,” imbuhnya.
Menanggapi hal itu, Amir JAT Wilayah Jakarta, ustadz Nanang Ainur Rofiq
meluruskan penjelasan Ketua PBNU Said Aqil Siradj tentang Khawarij. Menurutnya
ciri Khawarij yang disampaikan Said Aqil Siradj justru tendensius bagi kaum
muslimin sendiri.
Said Aqil begitu sering mengulang-ulang ciri Khawarij adalah
Qaimul
Lail, Shaimun Nahar, Hafizhul Qur’an (sering mendirikan shalat malam,
berpuasa di siang hari dan hafal Al-Qur’an) padahal ciri itu sebenarnya
gambaran seorang muslim yang taat.
“Apakah khawarij itu karena rajin shalat malam dan lain sebagainya? padahal
ada perkara mendasar di sana soal Khawarij,” ujarnya di hadapan ratusan hadirin
yang hadir.
Padahal substansi dari kisah Dzilkhuwaisir adalah paham mengkafirkan yang
serampangan terhadap Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah dan menerapkan
syariat Islam. Jauh berbeda dengan pemerintah sekarang yang tidak menerapkan
hukum Islam.
Kemudian, ciri yang paling mencolok dari paham Khawarij juga mengkafirkan
para pelaku dosa besar inilah yang tidak dijelaskan oleh Said Aqil Siradj.
“Persoalan Khawarij itu adalah karena mereka mengkafirkan pelaku
dzanbun
kabair (pelaku dosa besar) ini yang tidak dijelaskan. Padahal semua ulama
itu paham apa itu
dzanbun mukaffirah, dzanbun kabair, dzanbun ma’ashi,”
jelasnya.
Pemahaman itulah yang bertentangan dengan Ahlus Sunnah wal Jamaah. “Ahlus
sunnah melarang mengkafirkan orang yang melakukan
dzanbun kaba’ir,”
tandasnya.
(voaislam/
arrahmah.com)